Jumat, 10 Agustus 2018
Salah Kaprah Dalam Komunikasi Radio
Jika kita memperhatikan pembicaraan yang berlangsung pada komunikasi radio (khususnya amatir radio), kita sering mendengar adanya kecenderungan untuk memakai istilah asing. Tetapi ironisnya jika kita menyimak arti sebenarnya isitilah tersebut terlihatlah kejanggalan yang menggelikan. Tulisan ini bukan bertujuan untuk menggurui, tetapi untuk mengajak rekanrekan agar menggunakan istilah asing sesuai dengan peruntukannya sehingga kualitas komunikasi kita menjadi lebih baik dan tidak menjadi salah kaprah apalagi jika kita berkomunikasi dengan amatir radio luar negeri.
Extra mic (ekstra maik
Istilah ini sering digunakan untuk menyebut hand microphone (mikropon gengam). Mungkin salah kaprah ini terjadi pada jaman para amatir banyak yang menggunakan HT pada komunikasi 2 meter. Memang pada pesawat HT sudah terdapat microphone yang built in (mikropon yang terpasang) jadi jika kita menggunakan mikropon genggam, benar kita mempergunakan mikropon ekstra, tetapi pada saat si amatir radio kemudian menggunakan pemancar di mobil atau base maka pada pesawat tersebut tidak terpasang secara internal sebuah mikropon sehingga istilah extra mic menjadi salah kaprah. Istilah yang seharusnya untuk mobile atau base transceiver adalah hand atau desk microphone (mikropon genggam atau mikropon meja).
Full Dibi
Yang satu ini tidak mempunyai akar pada istilah radio. Istilah ini sering dipakai untuk memberikan laporan kekuatan sinyal yang diterima. Pada transceiver mobile atau pun base memang ada skala 1 s/d 9 dan selebihnya dB sehingga jika sinyal yang diterima pada pesawat tersebut lampunya menyala semua/jarumnya mentok ke kanan maka disebutlah “full dibi”. Arti dB (deciBel) sebenarnya adalah sepersepuluh Bel (deci, ukuran metrik yang merupakan sepersepuluh dari unit dalam hal ini unitnya dalah Bel). Unit Bel digunakan untuk menghargai jasa Alexander Graham Bel yang mengadakan penelitian pada intensitas (kerasnya) suara sebagaimana yang diterima oleh telinga manusia. Ukuran ini lebih mudah dijabarkan dengan satuan logaritmik dan di dalam dunia elektronika sering dipergunakan untuk menjabarkan perbandingan power atau voltage. Satu Bel = (P1/P0) di mana P1 adalah power yang sedang dibandingkan dengan P0 yang adalah power referensi atau kepada mana ia dibandingkan. Istilah ini juga sering dipergunakan untuk menerangkan bagaimana penguatan antena dibandingkan (perbandingan sinyal) dengan antena referensi. Sesuai dengan sistem RST yang kita anut maka sinyal terkuat untuk komunikasi phone adalah 59 dan 599 untuk CW. Untuk FM cukup disebutkan loud and clear (nyaring dan jelas). Untuk menjawab pertanyaan “Kalau begitu kenapa pada S meter radio terdapat skala dB?” Jawabannya mengacu kepada jaman di mana Collins mulai menerapkan standar untuk mereka (yang kemudian de facto diikuti oleh perusahaan lain) bahwa skala 9 itu mempunyai kekuatan 50 μvolt, sehingga sinyal yang lebih kuat dari itu dibuatkan skala dBnya terhadap referensi 50 μvolt tadi. Untuk kita sekarang ini pembacaan S meter hanyalah sebuah indikator yang relatif saja karena kalibrasi antar satu radio dengan radio yang lain tidaklah sama. Sistem RST diciptakan jauh sebelum adanya S meter untuk mempermudah amatir radio untuk menilai kinerja peralatan yang mereka buat sendiri jadi di jaman yang sudah lebih maju ini kita tidaklah perlu untuk mempersulit diri lagi dengan detail yang paling rinci, hi hi hi!
Mobile
Mobile berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang berarti bergerak. Automobile adalah sebuah kendaraan yang dapat bergerak dengan tenaga sendiri (auto = sendiri), pada jamannya kendaraan selalu bergerak oleh tenaga lain seperti kuda atau sapi dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia istilah bakunya adalah otomobil, karena otomobil terlalu panjang untuk diucapkan maka dipakai istilah mobil. Dalam dunia radio kita banyak menjumpai pancaran dari sebuah stasiun yang bergerak misalnya dari pesawat terbang, kapal laut dan juga otomobil (mobil). Stasiunstasiun tersebut disebut stasiun mobile alias stasiun bergerak. Karena itu istilah mobile fox hunting sebenarnya salah kaprah karena tidak ada lomba “fox hunt” alias lomba ARDF yang tidak mobile. Demikian pula dengan pernyataan seperti “saya lagi di mobile (terbaca mobail) nih” kurang tepat dan rasanya lebih enak untuk didengar dengan istilah yang baku dalam bahasa Indonesia: “saya lagi di mobil”.
OM (Oom)
Istilah OM sering sekali diucapkan sebagai “Oom” dalam komunikasi radio di Indonesia sehingga menimbulkan kesan bahwa sang OM adalah suami dari “Tante” padahal dalam komunikasi radio OM berarti “Old Man” yaitu sebutan untuk amatir radio laki-laki sedangkan untuk wanita tanpa memandang umur selalu disebut sebagai YL. Istilah ini di ambil dari singkatan dalam komunikasi CW agar komunikasi dapat berlangsung lebih cepat. Karena itu pada komunikasi phone, sebaiknya kita mengganti istilah tersebut dengan sebutan bahasa Indonesia yang baik seperti pak, bang, kak untuk laki-laki dan bu atau kak untuk wanita. Hal tersebut adalah juga untuk mengurangi citra buruk yang ada pada masyarakat bahwa para amatir radio adalah oom-oom dan tante tante (konotasinya negatif).
On the side (Di samping)
Istilah ini sering dipakai untuk menyatakan kelompok lawan bicara kita, tetapi lawan bicara kita tidak selalu “on the side” (di samping) lawan bicara kita. Memang ada kalanya lawan bicara kita benar-benar keduanya berada pada stasiun yang sama sehingga dapat kita pergunakan istilah tersebut, tetapi jika kita berada pada sebuah QSO dengan beberapa orang sebaiknya kita mempergunakan istilah grup atau “dan rekan-rekan”. Dalam konotasi ini, pada sebuah rachewing yang diikuti oleh 4-5 stations, ungkapan yang lebih umum dipakai adalah …YB1BOD with the group on the side… yang diucapkan oleh station yang mau “masuk”, ataupun “pamit/keluar” dari rag chewing yang sedang berlangsung, di mana kebetulan YB1BOD adalah station yang berada dalam posisi untuk mempersilakan station tadi “masuk” dan mengutarakan maksudnya.
Good Luck for the Contest
Ungkapan ini sering kita dengar pada waktu kontes, terutama kontes dalam skala nasional. Secara linguistik ada yang janggal dalam ungkapan ini, karena kalau yang dimaksud semoga anda berhasil pada kontes yang sedang berlangsung maka cukup disebutkan: ”good luck” saja, atau malah tidak usah sama sekali, karena kontes adalah sebuah perlombaan dan dalam perlombaan kita tidak perlu berbasa- basi.
Roger
Roger dalam komunikasi phone bermakna berita telah diterima dengan baik. Jika mode komunikasi yang dipakai adalah CW atau digital maka kata Roger diganti dengan huruf R saja. Karena itu penggunaan kata roger sebagai bunga komunikasi sangat tidak efisien dan mengacaukan pesan yang ingin disampaikan. Pemakaian roger pada akhir transmisi kita hanya dapat dibenarkan apabila kita ingin konfirmasi dari lawan komunikasi kita, apakah ia telah menerima transmisi kita dengan baik
73
Istilah ini berasal dari kode CW (morse) yang berarti “Best Regards”; terjemahannya dalam bahasa kita setara dengan “Dengan Hormat” atau “Salam”. Istilah (kode) ini sering diucapkan pada komunikasi dengan phone kala seseorang ingin berhenti memancar (clear off) seperti “OKE ya, saya tujuh tiga dulu ya”, tetapi yang lebih memprihatinkan adalah kalau mendengan ungkapan (baik oleh amatir radio kita mau pun luar negeri): “My best seventy three” (dalam komunikasi phone) atau ketukan MY BEST 73 TO U (dalam komunikasi CW) yang kalau di “uraikan” terjemahkan berarti “my best, best regards to you” (pengucapan best-nya menjadi mubazir). Bukankah kita mempergunakan kode dalam komunikasi CW untuk mempercepat jalannya pembicaraan, sedangkan dengan mengetuk best 73 kita malah bertele-tele?
Cheerio
Ini aslinya adalah bahasa Perancis. Kata ini adalah ungkapan salam yang diucapkan pada saat kita akan berpisah dengan seseorang yang dekat dengan kita. Sayangnya, kata ini sering diungkapkan sebagai keinginan untuk berhenti memancar. Kasus ini sangat mirip dengan istilah 73 di atas, sehingga alangkah lebih baiknya jika kita mengatakan saja secara langsung “saya mau clear off”, atau “karena suatu pekerjaan, saya harus berhenti memancar sekarang”.
Make Your Call
Ungkapan ini sering terdengar di kala kita mengikuti sebuah list operation untuk mengejar stasiun DX. Sang pengendali list akan terlebih dahulu memanggil stasiun yang ingin bergabung terutama stasiun yang ingin mencari dan mendaftarkannya pada daftar panggil. Setelah dia merasa cukup untuk putaran pertama maka list controller akan memanggil stasiun pada daftarnya dan mengatakan “make your call” yang berarti giliran Anda untuk memanggil stasiun DX yang ingin Anda hubungi. Karena itu ungkapan ini khusus untuk list operation atau pada net, yang “setara” dengan ketukan PSE QRY pada mode CW. Tetapi sering pula kita mendengar seorang amatir radio yang sedang menangani sebuah pile-up berkata misalnya “station with Golf Whiskey, make your call” layaknya sebuah list atau net operation. Seyogianya sang amatir radio berkata “Golf Whiskey, come again” atau cukup “again” karena keadaan itu adalah two way operation dan si amatir radiolah pengendali frekuensi mau ke mana dia menjawab panggilan dan bukan memberikan kesempatan kepada stasiun yang memanggil untuk memanggil stasiun lain yang bukan pengendali/pemegang frekuensi.
QSL Info
Makna sebenarnya dari QSL info adalah di mana seseorang dapat mengirim kartu QSL untuk konfirmasi sebuah QSO. Karena kita terlalu sering ingin mempergunakan istilah asing tanpa mengetahui arti sesungguhnya terjadilah salah kaprah yang menyimpangkan arti QSL info menjadi alamat rumah. Baik, alamat rumah dapat menjadi QSL info di luar alamat yang lain, kotak pos misalnya atau mungkin seorang QSL manager, tetapi alangkah enaknya jika kita ketika hendak memberitahukan alamat rumah kita langsung saja mengatakan “alamat rumah saya di…”. Lagi pula dalam dunia DXing mencari QSL Info adalah pekerjaan rumah setiap DXer dan mengganggu lancarnya proses antrian QSO jika kita sering menanyakan QSL info stasiun lawan.
Demikian beberapa istilah yang sering kita jumpai dalam komunikasi radio yang salah kaprah. Komunikasi amatir radio tidak harus kaku tetapi bukan berarti harus memakai istilah istilah asing yang salah penggunaanya. Kita memang sering salah langkah dan karena ego kita kemudian kita lalu mencari pembenaran atas kesalahan yang kita perbuat. Kesalahan yang dibiarkan berlarut-larut akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan sulit untuk diubah (walau pun kita tahu itu salah) seperti kata bijak dalam bahasa asing disebut “old habits die hard”, karena itu sebelum salah kaprah itu menjadi kebiasaan yang melekat baiklah kita mencoba untuk memperbaikinya dari sekarang.
Sumber: Buletin Elektronis Orari-News Tahun V/10 (Oleh : Donny Sirait, YB1BOD ex YB6LD)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Wah dapat ilmu baru lagi nih saya, good job mr.admin 73 de YD7DHF
BalasHapusBagus sekali ulasanya..cuma sayang masih banyak yg blum paham
BalasHapusDi ulang baca nya.
HapusPelan2 nanti faham dg sendirinya
Hapus